CONTOH LAPOTAN UJI KOMPETENSI (UJIKOM) BAGIAN 2
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1
Geomorfologi
Kata
Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos(bumi), morphos
(bentuk), logos ( ilmu pengetahuan), maka pengertian geomorfologi
merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya. Serta mempelajari hubungan
dengan kondisi stuktur di bawahnya dan sejarah geologi yang diperhatikan
tergambar pada bentuk permukan.
Ilmu
Geomorfologi ini adalah ilmu yang mempelajari tentang alam bagaimana alam itu
terbentuk secara Konstruksional (yang diakibatkan oleh gaya Endogen aktifitas
tektonik/struktur geologi), dan bagaimana bentang alam itu dipengaruhi oleh
pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti iklim, sungai, dan lain-lain yang
bersifat konstruksional dan menghasilkan bentuk alam tartentu pengaruh struktur
(perlipatan, sesar, pengangkatan, ketidakselarasan termasuk di dalam
jenis-jenis batuan) yang bersifat kontruksional dan proses yang bersifat
destruksional (pelapukan, longsor, angin, gelombang, pelarutan, dan lain-lain).
Dalam
pemetaan geomorfologi langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menghitung
kemiringan lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth”
yaitu pada peta topografi yang menjadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng
dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1,5 cm kemudian masing-masing
bujur sangkar dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan
perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat ditentukan
:
kemiringan atau
sudut lereng dengan menggunakan rumus :
S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)] x 100%
S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)] x 100%
S = kemiringan
lereng
N = jumlah kontur
Ci = kontur
interval
D = panjang garis
Ps = penyebut
skala
Mencari Kontur
Interval dengan menggunakan rumus
Ci=1/2000×Ps
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Ci=1/2000×Ps
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Tabel 2.1 Pembagian kemiringan
lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringan
lereng (°)
|
Kemiringan
lereng (%)
|
Keterangan
|
Klasifikasi
USSSM* (%)
|
Klasifikasi
USLE* (%)
|
< 1
|
0 – 2
|
Datar – hampir
datar
|
0 – 2
|
1 – 2
|
1 – 3
|
3 – 7
|
Sangat landai
|
2 – 6
|
2 – 7
|
3 – 6
|
8 – 13
|
Landai
|
6 – 13
|
7 – 12
|
6 – 9
|
14 – 20
|
Agak curam
|
13 – 25
|
12 – 18
|
9 – 25
|
21 – 55
|
Curam
|
25 – 55
|
18 – 24
|
25 – 26
|
56 – 140
|
Sangat curam
|
> 55
|
> 24
|
> 65
|
> 140
|
Terjal
|
*USSSM = United
Stated Soil System Management
USLE = Universal Soil Loss Equation
Setelah peta
kemiringan lereng dibuat, langkah selanjutnya dalam pemetaan geomorfologi
adalah membuat penampang. Penampang adalah hasil proyeksi dua dimensi (berupa
kenampakan muka bumi/bentang alam) berdasarkan data pada peta topografi.
Penampang yang dimaksudkan di sini adalah penampang Geomorfologi, sekalipun ada
pula penampang Geologi. Penampang Geomorfologi memberi informasi mengenai
bentuk lahan pada peta topografi, berupa garis dengan warna berdasarkan
klasifikasi bentang alam Van Zuidam.
Berlanjut kebagian ketiga
Berlanjut kebagian ketiga
Post a Comment